Selasa, 24 Mei 2011

Kanker Disebabkan Banyak Begadang?

Jangan Anda remehkan mengurangi jam tidur malam atau bergadang, hal ini menyebabkan ancaman penyakit yang serius. Dan, benarkah jam tidur bisa diganti dengan tidur siang?

Jika Anda sudah menjalani pola makan sehat dan rutin berolahraga, tapi dokter menemukan beberapa penyakit serius di tubuh Anda, bisa jadi pola tidur Anda yang menjadi pangkal permasalahan.

Menurut dr. Andreas Prasadja RPSGT. , Praktisi Kesehatan Tidur dari RS Mitra Keluarga Kemayoran , begadang merupakan aktivitas di mana seseorang sengaja mengurangi jam tidurnya.

“Berbeda dengan insomnia, ya. Kadang orang sering menyamakannya dengan insomnia karena sama-sama berkenaan dengan tidur. Kalau insomnia itu, penyakit kesulitan tidur, mudah terbangun di kala tidur, sulit mempertahankan tidur, atau terbangun dan tak bisa tidur lagi. Aktivitas ini terjadi setiap malam, sehingga menyebabkan aktivitas pengidapnya tergangggu di siang hari,” papar Andreas.

Dampak Negatif

Orang yang terbiasa begadang (kurang tidur), biasanya akan merasakan beberapa dampak seperti:

- Kondisi emosi yang tidak stabil sehingga mudah tersinggung, mudah depresi, sensitif.

- Kemampuan kongnitifnya terganggu sehingga ketelitian, kemampuan analitis, dan kreativitasnya berkurang.

- Sistem syaraf simpatis (sistem syaraf stres) meningkat dan dapat menyebabkan tekanan darah, gula darah, dan napsu makan meningkat juga. Makanya, untuk orang-orang yang sedang dalam program diet atau tidak mau badannya gemuk, dianjurkan untuk tidak begadang.

Gangguan di atas tidak hanya berlaku pada orang dewasa, tapi juga anak-anak. “Banyak orang tua yang berpikir, untuk menjaga kondisi tubuh anaknya tetap sehat yaitu dengan menjaga pola makan anaknya. Sebenarnya, pemikiran ini kurang tepat. Ada baiknya, orang tua juga menjaga jam tidur anak dengan ketat, karena metabolisme tubuh bekerja lebih giat pada saat kita tertidur,” saran Andreas.

Sesuai Usia

Cukupkah meluangkan waktu selama delapan jam untuk tidur? Andreas menuturkan, beda usia, beda pula jumlah kebutuhan jam tidurnya.

Usia di atas 30 tahun butuh sekitar 7-8 jam tidur. Sedangkan usia remaja hingga dewasa muda, 8,5-9,15 jam untuk tidur. Dan, anak SD-SMP butuh 10-11 jam tidur.

Dengan jam tidur yang tepat, prestasi akademis dan kemampuan atletik anak pun akan meningkat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Mary Cash Kadon (pelopor penelitian tidur pada remaja usia sekolah). Katanya, Anak yang tidur cukup memiliki daya tahan tubuh, otot refleks, konsentrasi, dan nilai absensi yang lebih baik.

Ganti dengan Tidur Siang

Anggapan jangan tidur siang supaya tidak begadang di malam hari, memang benar adanya. Namun, bagi orang-orang yang sudah terlanjur begadang, ada baiknya mengganti jam tidur malamnya dengan tidur siang. Lamanya tidur siang bisa disesuaikan dengan kebutuhan biologis.

Hindari juga makanan dan minuman yang mengandung kafein tinggi (kopi, teh, coklat, minuman bersoda, dan minuman berenergi).

Dan, untuk penyuka kopi, ada baiknya Anda mengonsumsi kopi 12 jam sebelum tidur. Selain itu, hindari berolahraga di malam hari, karena itu hanya akan membuat adrenalin (yang memicu semangat otak untuk bekerja) meningkat.

Tubuh pun Punya Jam Piket

Ternyata, organ tubuh kita bekerja tiada henti selama 24 jam agar tubuh tetap sehat dan metabolismenya tertata rapi.

Sistem ini disebut jadwal piket tubuh atau internal body clock (nama lainnya circadian rhyth). Jika ada satu saja organ tubuh yang tidak beroperasi dengan baik, gangguan kesehatan seperti obesitas, diabetes, insomnia, depresi, penyakit jantung hingga kanker bisa terjadi.

Berikut penjelasannya:

Di pagi dan siang, tubuh memerlukan asupan nutrisi yang banyak. Jadi, jangan lewatkan sarapan agar limpa dapat bekerja maksimal mendistribusikan nutrisi untuk diserap tubuh.

Menjelang pukul 1 siang sampai 3 sore, proses regenerasi sel hati terjadi. Di sini hati menangkal penyakit. Hal ini berlangsung hingga 2 jam kemudian sampai pembuangan racun dilakukan. Barulah, dua jam berikutnya, proses pertumbuhan otak dan pembentukan sumsum tulang dilakukan.

Pada pukul 7 hingga 9 malam, jangan mengonsumsi makanan berat namun jangan melewatkan makan malam karena lambung tetap bekerja meski ringan. Jadi pilihlah makanan ringan.

Proses metabolisme tak berhenti sampai di situ dan ini menjelaskan mengapa tidur menjadi sangat penting. Dua jam setelahnya, proses pembuangan racun kembali dilakukan. Sebaiknya kita beristirahat atau tidur untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Sekitar pukul 11 malam hingga 1 dini hari, jangan sia-siakan waktu dengan begadang, pasalnya kantung empedu sedang melakukan proses detoks dalam tubuh. Jika Anda memaksa tetap bekerja atau begadang, fungsi jantung akan melemah.

Racun yang dihasilkan proses detoks baru akan dibuang pukul 3 dini hari. Tentunya untuk mendapatkan hasil yang maksimal juga, proses ini harus berlangsung dalam kondisi tidur pulas. Setelahnya hingga pukul 5 pagi, giliran paru-paru membuang racun. Jika paru-paru Anda terganggu, Anda akan terbatuk, bersin-bersin, dan berkeringat di jam itu. Ini artinya, proses pembersihan telah mencapai saluran pernafasan.

Menjelang pagi hari, biasakan diri Anda membuang air besar secara teratur, untuk mengeluarkan sisa makanan yang terdapat di usus besar.

Begadang Vs Kanker

Penelitian Steve Richard yang dilansir The Lancet Oncology (sebuah jurnal kesehatan) menyatakan, adanya hubungan kanker dan begadang. Hal serupa juga diungkapkan David Spiegel, MD., yang meneliti mengenai kebiasaan tidur.

Dua penelitian ini sama-sama menyimpulkan, jika kita tidak memenuhi waktu tidur yang cukup, bisa mengakibatkan ketidakseimbangan hormon yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh, khususnya pada perkembangan sel-sel rusak yang seharusnya dihancurkan oleh sel-sel imun.

Penjabarannya seperti ini, metabolisme tubuh meningkat di pagi hari dan menurun pada malam hari. Di saat seseorang “memaksakan diri” tetap terjaga di malam hari, tubuhnya akan memompa darah sebanyak mungkin dan mendorong sistem imun untuk meningkatkan sel-sel kekebalan tubuh seperti sel T (sel limfosit yang terdapat pada sel darah putih) dan CD4 (sel kekebalan tubuh yang terdapat pada sel limfosit).

Jika hal ini dilakukan terus menerus, siklus tubuh yang diatur oleh jam biologis otak (circadian rhythms) akan menjadi terbalik, yaitu dari pagi ke sore menjadi sore ke pagi. Ini memungkinkan kekebalan tubuh menjadi menurun di pagi hari dimana bibit penyakit dan bahan-bahan karsinogenik bertebaran di udara akibat perubahan suhu dan angin. Dan, pada saat itulah sel kanker menggerogoti tubuhnya.

source :http://ibuprita.suatuhari.com

sakit kepala

setiap tahunya tiga juta orang di Amerika dilarikan ke unit gawat darurat (UGD) karena sakit kepala. Lebih dari 35 persennya menderita migren atau sakit kepala sebelah. Hampir 97 persen pasien tersebut berhasil diobati dan diperbolehkan pulang, hanya 2,4 persen yang membutuhkan perawatan lanjutan. Dari 81.000 yang perlu perawatan, 63 persen diantaranya disebabkan karena migren.

Nyeri kepala tipe migren biasanya dimulai pada pagi atau siang hari dengan rasa nyeri yang menetap dan semakin terasa berat pada salah satu sisi kepala dan semakin menjalar. Biasanya mencapai puncaknya dalam beberapa menit hingga satu atau dua jam.Beberapa pasien mengalam derita yang tidak tertahankan. "Pasien datang ke UGD dan berpikir mereka akan mati," kata Audrey Halpern, dari New York University's School of Medicine.

Petugas rumah sakit terkadang menemukan penyebab sakit kepala yang serius, namun mayoritas sakit kepala disebabkan hal yang tidak berbahaya. Data yang dikeluarkan oleh Agency for Healthcare Research and Quality itu dihasilkan dari data rawat inap dan kunjungan rumah sakit selama tahun 2008 di rumah sakit swasta di Amerika Serikat. Sakit kepala yang menyebabkan pasien di rawat di rumah sakit diperkirakan menghabiskan biaya lebih dari 408 juta dollar Amerika.Pasien yang datang ke unit gawat darurat biasanya karena nyeri kepala yang hebat untuk mencari pengobatan atau karena mereka takut mengalami kondisi yang mengancam nyawa. Dalam laporan juga disebutkan pasien perempuan lebih banyak yang datang karena keluhan nyeri kepala dibanding laki-laki. Hampir 74 persen adalah wanita. Seperti diketahui migren memang tiga kali lebih sering dialami perempuan dibanding laki-laki. Selain migren, penyebab sakit kepala paling sering adalah sakit kepala tipe tegang (tension headache). "Sekitar 80 persen orang pernah mengalami nyeri kepala ini dalam hidupnya," kata Halpern.

Gejala nyeri kepala tipe tegang bervariasi dari yang ringan hingga berat. Pada nyeri kepala tipe tegang biasanya rasa nyerinya menyebar dan terasa hebat pada kepala bagian atas atau pada tengkuk.

The Internationl Headache Society mendata ada lebih dari 200 jenis sakit kepala.